Adakah sisi lembut yang kau punya? Adakah penyempurnaan hati yang aku sebut cinta? Ya CINTA yang ada di dirimu untuk diriku. Seberapa lama lagi kau akan menyiksa hati? Apakah penantian bertahun ini belum dapat juga mengetuk sisi lembut
hati mu?
Oh mungkin aku yang gila karenamu yang tak pernah sedikitpun melihat aku.
Disini. Yah seperti malam yang sunyi, sepi, seperti yang kau saksikan sendiri disini. Hidup ku bungkam. tak berkata tak bernyawa. Hanya mengetik, menulis tentang kamu. Yah hanya kamu.
Taukah dirimu? Ketika aku jatuh untuk mencintaimu ku tak pernah melirik sedikitpun ciptaan Tuhan yang indah lainnya. Mengapa? Ntahlah! Akupun tak mengerti.
Taukah dirimu ? Disaat aku terjatuh karena luka yang kau beri, sebisanya aku bangkit untuk berdiri dan belari untuk mengejarmu lagi tanpa sedikitpun lelah, keluhan, dan dendam aku selalu memuujimu. Dan disana aku baru mengetahui betapa bodohnya aku, membiarkan perasaan itu tumbuh berlalu dan terlalu tinggi....
Kau hilang seperti di telan bumi. Lenyap ntah kemana kau beralih. hingga jejak mu sulit untuk ku raba setelah perpisahan itu. sebuah perpisahan yang tidak seharusnya aku biarkan berlalu.
Ku cari, ku telusui keberadaan mu yang bermaya di hidup ku waktu itu. Ku kunjungi rumahmu, namun rumah itu hanya tinggalah sebuah bangunan yang tak bertuan untuk ku singgahi. Ku cari kabar hari mu lewat teman aku dan kamu namun hanya sebuah alamat yang aku tuai. Tak mengapa kata hati ku dengan ini setidaknya lara ini telah tersiram sendu.
Ku bujuk taman ku, ku gali lagi tanah itu lalu ku beri pupuk. Seperti perasaan ini yang sedikit ragu akan perasaan itu. Ku jumpai kabar mu lewat tulisan-tulisan di sebuah akun milik mu. Ketika aku membaca dan mencerna sedikit demi sedikit maksud hatimu baru aku menyadari. Disana ada sosok yang dapat mentramkan jiwa mu dan itu bukan aku. Kau tau perasaan ku dikala itu?
Ya! aku ingin terkubur dalam perempatan bumi ini dan dibalut kain putih bajumu yang penuh dengan lumuran darah milik ku. Ntah apa yang ingin ku katakan saat itu. dada menyesak! nafas seakan berhenti. dan cairan putih bening di mataku ingin mengalir deras, namun entah hal apa yang menyumbatnya. Seakan aku mati suri seketika.
Ku pandangi potret wanita yang berdiri di sebelah kiri kamu. Ingin sekali aku membencinya dan menyumpah tentangnya. Namun sisi hati yang lain tetap tak ingin melakukannya. Oh tuhan, biarkanlah perasaan ini terbang melayang bagai anai-anai yang tak akan pernah kembali lagi.
Ku ambil potret mu dan potretnya. Ku bakar hingga abu busuk menjadi bentuknya. Ya begitulah aku menyebutnya!. Ku ambil sehelai kain putih bertuliskan nama mu, kuletakkan abu busuk itu diatasnya. Kubungkus lalu ku ambang kan dan ku buang di permukaan air sungai yang deras dan bersih. Ia pergi berlalu dari mata ku. . . .
Namun tidak diingatan ku. oh Tuhan, sampai kapan cinta itu akan terus hidup?
twitter : @riah_meeng